Oleh :Ahmad Yani
Bismillahirohmanirrohim,
Beberapa hari ini kita di sibukan
oleh berita pengangkatan tenaga kerja honorer yang masuk K2,ternyata banyak
yang datanya tidak valid.(radar tegal ,beberapa hari yang lalu) sehingga
beberapa pejabat terkait di kabupaten di periksa oleh kepolisian.
Ini hal yang sangat luar
biasa,dan menjadi bukti,betapa besarnya hasrat masyarat untuk menjadi pegawai
negeri,bahkan sampai merekayasa data demi keberhasilan tanpa memikirkan akibat
yang justru sangat merugikan baik dunia maupun akhiratnya,bahkan sampai ke
keturunanya karena akan menafkahi keluarga dari hasil perbuatan yang di awali dengan cara
yang tidak patut.
Saya tidak menyalahkan mereka untuk
jadi pegawai negeri,dalam hal ini sebagai guru negeri,bahkan dalam hati kecil
setiap orang mungkin ada terselip keinginan ke arah sana.kenapa? bayangkan saja
dengan gaji tetap bulanan sampai meninggal dan di teruskan ke keluarga,ada uang
pensiun,jaminan kesehatan, dan tidak akan di pecat kecuali ada kejadian luar
biasa,siapa yang tak ingin.
Tetapi ternyata hidup tidak hanya
dapat di ukur dengan uang atau status,untuk menentukan kebahagiaan,banyak yang
menjadi pegawai negeri,mengalami perubahan
perilaku yang negative dan konsumtif yang
akhirnya banyak terjerat kasus hutang piutang.tetapi,dalam hal ini ,bukan
bagian saya untuk menyoroti mereka,apalagi jika di lihat dari latar belakang
saya sebagai guru swasta maka tidak elok dan kurang etis menilai sesuatu yang
tidak pernah saya alami.
Saya ambil judul diatas karena
sebagai guru ,saya mengalami dan masih menjalani,betapa nikmatnya menjadi guru
swasta,hari –hari yang di lalui penuh tantangan,penuh cobaan dan setiap saat
selalu ada kejadian yang di lakukan oleh siswa,yang membuat kita selalu
menemukan hal yang berbeda dan mencari solusi yang tidak sama.
Mengapa harus bangga menjadi guru
swasta???
Kita mulai dari insentifnya saja,
banyak dari mereka bergaji di bawah UMR,banyak orang kaget ketika tahu banyak
guru swasta yang menerima gaji di kisaran Rp.200.000,- perbulan,ini di maklumi
jika dia hanya mengajar di sekolah tersebut hanya 10 jam/minggu,berarti
membutuhkan waktu 2 hari di sekolah tersebut dengan perhitungan perjam mendapat
imbalan Rp.20.000.(mohon maaf,perhitungannya bukan Rp 20.000 X 10 Jam kali 4
minggu sehingga menjadi Rp.800.000 tetapi perhitungan jam perminggu sama dengan
untuk 1 bulan,sehingga gaji nya tetap Rp.200.000,maksimal jumlah jam mengajar
untuk guru swasta adalah 35-40 Jam per
minggu silahkan di kalikan Rp.20.000 berarti masih di bawah 1juta per bulan
dengan kegiatan mengajar full dari jam 06.55 sampai pukul 13.45)walaupun tentu
nilainya sangat kecil,tetapi pengabdian mereka sangat LUAR BIASA dan mereka
BERMENTAL BAJA karena mereka tetap bangga menjadi seorang GURU,sangat jarang
yang di sekolah swasta,baru mengajar 3 bulan sudah keluar,walau mereka tahu
gaji tak mencukupi sebagai seorang sarjana pendidikan.
Kita lihat juga dari segi
siswanya.di akui dan sudah di maklumi input di sekolah negeri di peroleh dari
penjaringan dengan suatu system
tertentu,seperti test masuk dan nilai NEM/SKHU,sehinggga di peroleh siswa-siswi
dengan akademik record yang baik dan tentu saja dari segi motivasi belajarnya
juga sangat baik,plus tingkat ekonomi mereka,rata-rata di tingkat menengah ke
atas.ini sangat berbeda jauh bila di bandingkan dengan input sekolah
swasta,siswa-siswinya merupakan sisa dari sekolah negeri bahkan banyak yang
tidak di terima di sekolah negeri ataupun di keluarkan dari sekolah negeri
karena sesuatu hal,mereka di tampung di sekolah swasta.(ini akan terlihat pada
saat PPDB,banyak guru-guru swasta berjuang layaknya salesman/SPG ke
sekolah-sekolah negeri mencari dan berpromosi menawarkan sekolahnya demi
mendapat siswa .Mereka berjuang bahkan beradu metode serta taktik dengan sesame
sekolah swasta lain dalam menjaring siswa.dan ini di lakukan oleh sebagian
besar sekolah swasta,walaupun tidak dapat di katakan semuanya melakukan hal
yang sama.tantanganya adalah bagaimana memperoleh INPUT yang kurang baik HARUS
DI PROSES SECARA LUAR BIASA agar menghasilkan OUT PUT yang setara dengan negeri
lewat UN,(saya sering menggambarkan ,perlombaan guru membuat kue Tart.guru
negeri mendapat bahan dan tepung kelas satu,dan guru swasta mendapat tepung
kwalitas 3,tetapi guru swasta dapat menghasilkan
Tart yang sempurna,kira-kira perjuangan siapa yang harus kita ACUNGI
JEMPOL).itu juga yang membuat kita LEBIH BANGGA menjadi GURU SWASTA Karena
tantangan kita lebih nyata.
Kita lihat dari sistim tata
tertib dalam proses belajar mengajar,tentu guru negeri pun mempunyai tata
tertib,tetapi apakah pelaksanaanya sedemikian ketat seperti si sekolah
swasta?bayangkan saja,jika jarang berangkat,memberikan materi tapi tidak di
sukai anak,sering terlambat,hanya sering member tugas,jarang masuk kelas atau administrasi
tidak tertib,maka akan muncul langsung teguran dari kepala sekolah,jika masih
berlanjut maka akan di skorsing oleh yayasan bahkan langsung di
keluarkan.apakah ini terjadi di sekolah negeri????.Sungguh perjuangan yang
sangat keras untuk menjadi seorang guru swasta TETAPI MEREKA MAMPU BERTAHAN
bahkan MAMPU BERSINAR saat berlomba antar guru atau antar siswa,mereka bisa
menjadi JUARA.Kami BANGGA.
SALAM UNTUK SELURUH GURU
SWASTA,TETAP SEMANGAT,ALLAH RIDHO PADA KITA
Tegal,13
Mei 2014
Ahmad
Yani/SMK AL-IRSAD Tegal